Sedang ramai di dunia maya tentang mahasiswi S2 nekat menyerobot antrian untuk membeli pertamax dan tidak dilayani oleh petugas SPBU (SPBU yang saya maksud di sini adalah SPBU Pertamina). Saya tidak menyoroti tentang kicauan mahasiswi tersebut di path (entahlah, kalau di path namanya kicauan juga kayak di twitter? rofl) dan berbagai macam respon hujatan yang lebih kasar dari penghuni socmed lain kepada mahasiswi tersebut, akan tetapi saya ingin mengkritisi soal antrian BBM di SPBU.
Pemerintah sangat menganjurkan pengguna kendaraan bermotor yang merasa mampu untuk beralih ke BBM non-subsidi, akan tetapi usaha untuk mewujudkan hal tersebut sangatlah minim. Sepengetahuan saya, usaha yang tampak adalah tentu saja memasang iklan di berbagai media elektronik atau cetak, membuat spanduk ajakan di berbagai SPBU serta mencetak ajakan untuk menggunakan BBM non subsidi di struk pembelian BBM. Bukannya menuduh usaha tersebut tidak efektif, akan tetapi yang terjadi adalah subsidi untuk BBM semakin bertambah saja setiap bulannya.
Menurut pendapat saya, untuk mengajak pemilik kendaraan bermotor beralih ke BBM non subsidi, bisa dengan cara memberikan value added service semacam:
- Pembeli BBM non subsidi diberikan jalur antrian eksklusif. Sudah banyak SPBU yang mempunyai kebijakan seperti ini, namun SPBU semacam itu hanya sebagian kecil saja dari total populasi SPBU di Indonesia. Di jogja sendiri SPBU yang mempunyai jalur BBM non subsidi (untuk motor) salah satunya ada di sebuah SPBU dekat Amplas ke arah solo.
- Ada petugas tambahan yang membersihkan entah itu motornya, spion, helm atau kaca mobil ketika kendaraan melakukan pengisian BBM. Kalau tidak salah, SPBU saingan sudah menerapkan layanan semacam ini.
0 Kommentarer:
Post a Comment